Rabu, 11 Januari 2012

Pembohongan Massal

PEMBODOHAN MASSAL

BY: NUR SANIAH, SHI

Fenomena yang banyak terjadi dan bahkan bukan hal yang asing lagi di mata dan di telinga kita, banyak sekolah hanya dijadikan sebagai formalitas. Sekolah atau kuliah dijadikan ajang untuk mendapatkan ijazah, hanya untuk mendapat titel, masalah hasil atau ilmu sudah menjadi tujuan terakhir. Maka paradigma sekarang sudah berbeda dengan paradigma dulu, di mana pada masa lalu yang paling penting itu adalah ilmu, ijazah adalah nomor dua walaupun itu juga penting.

Pada dasarnya perguruan tinggi dengan tridarmanya bertujuan untuk mengeluarkan sarjana yang berpendidikan, beretika, dan profesional dengan titel yang disandangnya. Tetapi pada saat ini banyak kita lihat perguruan tinggi yang hanya ingin mengeluarkan ijazah tanpa melihat mutu dari alumnusnya. Bahkan banyak perguruan tinggi yang hanya mengeruk uang dari mahasiswanya contohnya, tugas akhir mahasiswa dikerjakan oleh dosen dengan membayar sejumlah uang, setelah itu baru didapat yang namanya ijazah. Jadi keluarlah sarjana-sarjana yang berijazah tetapi tidak mengerti dan tidak faham dengan ilmu dari sarjana yang disandangnya.

Maka tidak mengherankan saat ini banyak orang-orang yang menduduki kedudukan birokrasi hanya dengan menggunakan ijazah yang dibeli dan dilanjutkan dengan membeli kedudukan itu juga. Tidak diherankan lagi, kita sudah banyak dipimpin oleh orang-orang yang dari awal sudah berlaku curang. Bagaimana kita bisa membersihkan suatu tempat jikalau sapu yang kita gunakan sapu kotor. Demikian juga halnya dengan negeri ini, bagaimana bisa bersih dari KKN kalau orang yang mengurus negeri ini adalah orang-orang yang tidak jujur.

Mental-mental curang ini sudah banyak mendarah daging pada anak-anak bangsa kita. Maka tidak mengherankan wacana yang berkembang bukan lagi siapa yang pintar dialah yang juara seperti yang pernah dialami pada masa sekolah, yang jadi juara adalah orang-orang pintar tanpa melihat strata sosial. Jadi anak buruh tani juga bisa juara kalau memang dia pintar.

Tetapi sekarang, setelah mulai melamar pekerjaan, istilah tersebut sudah berubah menjadi siapa yang mempunyai duit banyak dan deking atau orang dalam dialah yang akan menang, dia yang akan menduduki kedudukan sebagai pegawai. Soal ilmu dan profesionalisme itu sudah tidak penting lagi. Oleh sebab itu, banyak kita dapati orang-orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan. Misalnya suap bukan lagi hal yang memalukan bagi sebagian orang bahkan menjadi kebanggaan.

Prosedur untuk merekrut pegawai atau dalam hal ini juga guru sudah tidak benar lagi, sudah menggunakan istilah siapa bayar dia dapat. Hasil dari itu didapati fenomena pegawai-pegawai yang tidak mengerjakan kewajibannya, guru-guru yang datang ke sekolah hanya untuk kumpul-kumpul bersama rekan sesama guru, anak murid dibiarkan ribut dengan kelakuan masing-masing. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena dari awal paradigma berpikir sudah buruk, di mana yang dipentingkan bukan lagi kewajiban atau tuntutan pekerjaan dan pengabdian yang akan dilaksanakan, tetapi gaji dan gaji yang akan digunakan untuk membayar hutang untuk mendapatkan pekerjaan atau profesi itu.

Bagaimana anak bangsa ini bisa cerdas, kalau orang yang mengajar atau pegawai yang mengurus rakyat ini dari awal bukan orang yang jujur, maka akan lebih jauh yang akan didapatkan bukan anak-anak bangsa yang berpendidikan dan berakhlak mulia tetapi anak bangsa yang pintar menjajah dan membodohi bangsanya sendiri.

Sadar atau tidak sadar hal inilah fenomena yang terjadi saat ini. Kejujuran bukan hal yang penting lagi bagi anak bangsa kita, yang paling penting adalah kedudukan dan harta. Maka bisa diibaratkan harga dan nilai kejujuran itu sudah jauh dari sifat bangsa ini.

Hal ini merupakan kenyataan yang selayaknya kita pikirkan kita renungkan supaya kita memulai perbaikan-perbaikan walaupun di mulai dari hal yang kecil yaitu dari diri sendiri dan keluarga. Kecurangan yang dilakukan pasti akan ada dampaknya baik itu yang berskala kecil bagi kepribadian kita maupun bagi bangsa kita secara umum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar